Los Angeles – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengerahkan sekitar 700 personel Marinir ke Los Angeles pada Senin (9/6/2025) waktu setempat. Pengiriman ini bersifat sementara hingga pasukan Garda Nasional tiba, menyusul memuncaknya protes atas kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump.
Langkah ini menandai eskalasi terbaru dalam respons pemerintahan Trump terhadap unjuk rasa yang telah berlangsung selama empat hari berturut-turut. Demonstrasi dipicu oleh serangkaian penggerebekan imigrasi di wilayah California Selatan pada akhir pekan lalu.
Pengerahan Marinir diumumkan di tengah ketegangan yang terus meningkat. Pada Senin malam, ratusan demonstran berkumpul di depan pusat penahanan federal di pusat kota Los Angeles. Polisi mulai membubarkan massa dengan menembakkan gas dan peluru karet setelah sebagian demonstran melemparkan benda ke arah petugas.
“Penggunaan amunisi tidak mematikan telah disahkan karena adanya ancaman terhadap keselamatan petugas,” demikian pernyataan Kepolisian Los Angeles melalui akun resmi X (dulu Twitter).
Gugatan dari Negara Bagian
Pemerintah Negara Bagian California langsung menggugat kebijakan pengerahan militer ini. Mereka menilai langkah tersebut melanggar hukum federal dan kedaulatan negara bagian.
Secara historis, pengerahan Marinir di dalam negeri AS sangat jarang terjadi dan biasanya hanya untuk situasi bencana besar, seperti saat Badai Katrina atau serangan 11 September 2001. Namun, kali ini pasukan dikerahkan untuk menanggapi aksi sipil.
Pentagon memastikan jumlah pasukan Garda Nasional yang sebelumnya 2.000 orang kini dilipatgandakan menjadi 4.000. Namun, hingga saat ini, Gedung Putih belum memberlakukan Undang-Undang Pemberontakan (Insurrection Act), yang akan memberikan wewenang kepada militer untuk menjalankan fungsi penegakan hukum secara langsung.
Presiden Trump mengatakan peningkatan kekuatan diperlukan untuk mencegah kekacauan meluas. Ia bahkan mendukung usulan penangkapan Gubernur California Gavin Newsom yang dinilai menghalangi upaya deportasi imigran. “Saya akan melakukannya jika saya jadi Tom (Homan, penanggung jawab perbatasan),” ujar Trump.
Protes Meluas
Unjuk rasa telah meluas ke sembilan kota lainnya, termasuk New York, Philadelphia, dan San Francisco. Di Los Angeles, beberapa kendaraan otonom milik perusahaan teknologi Waymo dilaporkan dibakar pada Minggu malam. Polisi mencatat beberapa petugas dan kuda polisi mengalami luka ringan selama dua hari terakhir.
“Yang terjadi hari ini berdampak pada setiap orang Amerika yang ingin hidup bebas, tak peduli sudah berapa lama keluarganya tinggal di sini,” kata Marzita Cerrato (42), imigran generasi pertama dari Meksiko dan Honduras.
Sementara itu, kelompok pendukung Trump sempat menjadi sasaran kekerasan dari sebagian demonstran. Beberapa orang melempar telur dan bahkan menembakkan peluru cat ke arah gedung federal.
Trump berulang kali menuduh kebijakan imigrasi Presiden Biden terlalu longgar. Ia berjanji akan mengusir imigran ilegal dalam jumlah besar dan menutup perbatasan AS-Meksiko, dengan target 3.000 penangkapan per hari.
Ingatan 1992
Pengerahan militer dalam konteks kerusuhan sipil mengingatkan publik pada peristiwa tahun 1992, saat Gubernur California meminta bantuan federal untuk merespons kerusuhan besar setelah pemukulan terhadap Rodney King oleh polisi. Lebih dari 50 orang tewas dan kerusakan ditaksir mencapai satu miliar dolar AS kala itu.
Secara hukum, presiden hanya dapat mengerahkan pasukan federal dalam kondisi pemberontakan, invasi, atau jika hukum tak bisa ditegakkan oleh aparat biasa. Namun, keputusan Trump kali ini dinilai banyak pihak sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan.