Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

China Tolak Hentikan Impor Minyak Rusia dan Iran, AS Ancam Tarif 100 Persen

badge-check


					China Tolak Hentikan Impor Minyak Rusia dan Iran, AS Ancam Tarif 100 Persen Perbesar

Washington – Desakan Amerika Serikat agar China menghentikan pembelian minyak dari Rusia dan Iran menjadi pengganjal perundingan dagang antara kedua negara. Meski menunjukkan sinyal positif menuju kesepakatan, pemerintah China menegaskan bahwa isu energi merupakan bagian dari kedaulatan nasional yang tak bisa diintervensi.

“China akan selalu menjamin pasokan energinya sesuai kepentingan nasional kami,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China di platform X, Rabu (30/7/2025). Pernyataan itu disampaikan sebagai respon menanggapi ancaman tarif impor sebesar 100 persen yang dilontarkan AS.

Pernyataan yang muncul di tengah optimisme kedua pihak usai dua hari bernegosiasi di Stockholm, Swedia, diklaim akan membawa kemajuan dalam meredakan tensi dagang. Namun, isu energi—khususnya pembelian minyak dari dua negara yang tengah dikenai sanksi berat oleh Washington—masih menjadi ganjalan serius.

“Paksaan dan tekanan tidak akan menghasilkan apa-apa. China akan dengan tegas mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya,” lanjut pernyataan resmi tersebut.

AS Tetap Desak, China Bertahan

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa posisi China sangat jelas dalam mempertahankan kedaulatannya terkait impor energi. “Kami tidak ingin mengganggu kedaulatan mereka, jadi mereka lebih memilih membayar tarif 100 persen,” ujar Bessent kepada CNBC, Kamis (31/7/2025).

Meski begitu, Bessent menyebut negosiasi belum menemui jalan buntu. “Saya percaya bahwa kita berada di jalur menuju kesepakatan,” ujarnya optimistis.

Analis politik Gabriel Wildau dari konsultan Teneo menyatakan keraguannya bahwa Presiden Donald Trump benar-benar akan menerapkan tarif maksimal tersebut. “Ancaman seperti itu justru bisa menggagalkan semua kemajuan dan merusak peluang Trump untuk meneken kesepakatan dagang dengan Xi Jinping pada musim gugur nanti,” katanya.

Dukungan Strategis China ke Rusia

Langkah AS mendesak pembatasan penjualan minyak Rusia dan Iran bertujuan memutus sumber pendanaan utama kedua negara, yang masing-masing terlibat konflik besar di Ukraina dan Timur Tengah. Namun, China justru menunjukkan dukungan strategis terhadap Rusia.

Danny Russel dari Asia Society Policy Institute menyebut bahwa Xi Jinping melihat impor minyak murah dari Rusia dan Iran sebagai sumber energi vital sekaligus bentuk solidaritas strategis dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. “Beijing tak bisa begitu saja meninggalkan sumber minyak ini, apalagi dengan harga diskon,” ujarnya.

Menurut laporan dari Badan Informasi Energi AS pada 2024, sekitar 80–90 persen ekspor minyak Iran menuju China. Dengan volume lebih dari 1 juta barel per hari. Pada April lalu, impor minyak Rusia oleh China bahkan melonjak 20 persen dari bulan sebelumnya.

Tak Hanya China, Tapi juga India

AS tak hanya menyoroti China. India pun mendapat tekanan karena terus membeli minyak dari Rusia. Presiden Trump baru-baru ini mengumumkan rencana pengenaan tarif 25 persen atas produk India, dengan tambahan bea impor karena kebijakan energinya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri India menanggapi dengan menyebut hubungan India–Rusia sebagai “stabil dan telah teruji waktu.”

Stephen Miller, penasihat senior Gedung Putih, menyebut bahwa publik akan terkejut mengetahui India sejajar dengan China dalam volume pembelian minyak Rusia. “Kita harus realistis dalam menangani pendanaan perang ini,” ujarnya di kanal Fox News.

Kongres Dorong Sanksi Baru

Di dalam negeri, tekanan kepada Gedung Putih juga meningkat. Senator Lindsey Graham mendorong RUU pengenaan tarif hingga 500 persen kepada negara mana pun yang membeli produk energi dari Rusia. RUU tersebut telah mendapat dukungan oleh 84 dari total 100 senator lintas partai.

“Tujuan undang-undang ini adalah memutus rantai dukungan finansial dari China ke mesin perang Putin,” kata Graham dalam pernyataan bulan Juni lalu.

Walaupun RUU itu untuk sementara ditangguhkan, Partai Republik menyatakan siap bergerak jika Presiden Trump memberi lampu hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional