Menu

Mode Gelap
Dua Terduga Pelaku Penembakan WN Australia di Bali Ditangkap Amerika Serikat Ancam Terbitkan 36 Travel Ban Baru Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran Air India Jatuh: Lebih dari 240 Tewas, Satu Penumpang Selamat Ayah Farel Prayoga Ditangkap Polisi karena Judi Online! Penembakan di Sekolah Austria Tewaskan 10 Orang, Pelaku Bunuh Diri

Internasional

Rusia dan Ukraina Saling Tuduh Soal Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata Sipil

badge-check


					Rusia dan Ukraina Saling Tuduh Soal Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata Sipil Perbesar

Moskow – Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali memuncak setelah kedua negara saling menyalahkan atas gagalnya upaya negosiasi untuk memberlakukan moratorium serangan terhadap sasaran sipil. Perkembangan ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat, yang mulai kehilangan kesabaran terhadap proses perdamaian yang belum menunjukkan hasil konkret.

Presiden AS Donald Trump, yang selama ini menyatakan akan mengakhiri perang di Ukraina “dengan cepat”, telah mengubah arah kebijakan luar negerinya, dari mendukung penuh Kyiv menjadi membuka ruang terhadap narasi Moskow.

Namun hingga kini, Rusia belum memberikan konsesi berarti. Negeri Beruang Merah itu masih bersikeras pada tuntutan awal: Ukraina harus menyerahkan sebagian wilayahnya dan tidak boleh bergabung dalam aliansi militer Barat.

Di tengah kebuntuan tersebut, Rusia dan Ukraina berusaha memposisikan diri demi mendapat simpati dari pemerintahan Trump. Presiden Vladimir Putin bulan lalu menolak usulan gencatan senjata 30 hari yang diinisiasi Washington dan telah disetujui secara prinsip oleh Ukraina. Sebagai gantinya, Kremlin mengumumkan gencatan senjata sepihak selama satu hari pada akhir pekan Paskah. Kyiv menilai langkah tersebut hanyalah sandiwara politik dan menuduh Moskow tetap melakukan pelanggaran selama periode tersebut.

Sebagai respons, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyerukan penghentian serangan terhadap infrastruktur sipil selama 30 hari. Putin menanggapi secara terbuka dan menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan dialog bilateral yang akan menjadi pembicaraan langsung pertama antara kedua negara dalam tiga tahun terakhir.

Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa menyatakan bahwa Ukraina harus terlebih dahulu “membersihkan hambatan hukum” yang menghalangi kontak resmi tersebut. Meski tidak merinci, Moskow kerap mengeluhkan dekrit Presiden Zelenskiy yang melarang negosiasi dengan Putin.

Zelenskiy menepis anggapan adanya jalan buntu dari pihaknya. “Tidak ada dan tidak akan ada jalan buntu dari pihak Ukraina. Usulan kami untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur sipil masih berlaku. Yang dibutuhkan hanyalah kesediaan nyata dari Rusia untuk terlibat dalam pembicaraan ini,” tulisnya di platform X.

Pertemuan di London

Sementara itu, pertemuan trilateral antara pejabat AS, Eropa, dan Ukraina dijadwalkan berlangsung Rabu (23/4/2025) di London. Zelenskiy menyebut bahwa agenda utama pertemuan adalah mendorong gencatan senjata tanpa syarat. Sejauh ini, belum ada pertemuan langsung antara Ukraina dan Rusia sejak fase awal perang lebih dari tiga tahun lalu.

Bulan lalu, kedua pihak sempat bertemu dengan pejabat AS dalam pembicaraan paralel di Arab Saudi dan menyepakati jeda serangan terhadap infrastruktur energi. Namun kesepakatan itu pun dengan cepat dirusak oleh tudingan pelanggaran dari kedua pihak.

Ketika ditanya mengenai kemungkinan kesepakatan baru untuk menghentikan serangan terhadap sasaran sipil, Peskov menyebut isu tersebut kompleks dan harus dibahas secara hati-hati. Ia mengutip pernyataan Putin bahwa sebuah fasilitas sipil bisa berubah menjadi sasaran militer jika digunakan oleh kombatan musuh.

Selama konflik berlangsung, Rusia telah melancarkan sejumlah serangan udara yang menyebabkan ribuan warga sipil Ukraina tewas, serta kerusakan besar pada pembangkit listrik, pelabuhan, dan infrastruktur vital lainnya.

Ukraina, dengan kemampuan baru untuk menyerang wilayah Rusia, juga telah melakukan serangan balasan yang menewaskan warga sipil, meski dalam jumlah yang lebih sedikit.

Terakhir, serangan rudal Rusia di kota Sumy menewaskan sedikitnya 35 orang. Kyiv menyebutnya sebagai serangan sengaja terhadap warga sipil. Rusia membantah dan mengklaim bahwa mereka menargetkan pertemuan militer Ukraina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Brad Lander, Calon Wali Kota New York ditangkap Petugas Imigrasi

18 Juni 2025 - 11:03 WIB

Calon wali kota New York dari Partai Demokrat, Brad Lander, ditangkap petugas imigrasi AS. Gubernur New York turun tangan.

Serangan Besar Rusia Guncang Kyiv, 15 Tewas Ratusan Terluka

18 Juni 2025 - 10:18 WIB

Serangan besar Rusia hantam Kyiv, tewaskan 15 warga termasuk WN AS, ratusan luka. Gedung apartemen hancur.

Hadapi Ancaman China, Taiwan Jalin Kerja Sama dengan Pemasok Drone Ukraina

18 Juni 2025 - 09:12 WIB

Taiwan jalin kerja sama dengan Auterion, pengembang software drone dari AS dan Jerman, untuk perkuat pertahanan dari ancaman China.

Tank Israel Tewaskan 51 Warga Gaza yang Antri Bantuan

18 Juni 2025 - 08:00 WIB

Tank Israel tembak kerumunan warga yang antri bantuan di Gaza selatan. Sedikitnya 51 orang tewas, puluhan luka-luka.

Kronologi Penembakan Politikus Demokrat, Pelaku Nyamar Jadi Polisi

17 Juni 2025 - 12:06 WIB

Penembakan politikus Partai Demokrat di Minnesota tewaskan Melissa Hortman dan suaminya, Senator John Hoffman dan istri terluka parah.
Trending di Internasional