Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

Rusia dan Ukraina Saling Tuduh Soal Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata Sipil

badge-check


					Rusia dan Ukraina Saling Tuduh Soal Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata Sipil Perbesar

Moskow – Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali memuncak setelah kedua negara saling menyalahkan atas gagalnya upaya negosiasi untuk memberlakukan moratorium serangan terhadap sasaran sipil. Perkembangan ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat, yang mulai kehilangan kesabaran terhadap proses perdamaian yang belum menunjukkan hasil konkret.

Presiden AS Donald Trump, yang selama ini menyatakan akan mengakhiri perang di Ukraina “dengan cepat”, telah mengubah arah kebijakan luar negerinya, dari mendukung penuh Kyiv menjadi membuka ruang terhadap narasi Moskow.

Namun hingga kini, Rusia belum memberikan konsesi berarti. Negeri Beruang Merah itu masih bersikeras pada tuntutan awal: Ukraina harus menyerahkan sebagian wilayahnya dan tidak boleh bergabung dalam aliansi militer Barat.

Di tengah kebuntuan tersebut, Rusia dan Ukraina berusaha memposisikan diri demi mendapat simpati dari pemerintahan Trump. Presiden Vladimir Putin bulan lalu menolak usulan gencatan senjata 30 hari yang diinisiasi Washington dan telah disetujui secara prinsip oleh Ukraina. Sebagai gantinya, Kremlin mengumumkan gencatan senjata sepihak selama satu hari pada akhir pekan Paskah. Kyiv menilai langkah tersebut hanyalah sandiwara politik dan menuduh Moskow tetap melakukan pelanggaran selama periode tersebut.

Sebagai respons, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyerukan penghentian serangan terhadap infrastruktur sipil selama 30 hari. Putin menanggapi secara terbuka dan menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan dialog bilateral yang akan menjadi pembicaraan langsung pertama antara kedua negara dalam tiga tahun terakhir.

Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa menyatakan bahwa Ukraina harus terlebih dahulu “membersihkan hambatan hukum” yang menghalangi kontak resmi tersebut. Meski tidak merinci, Moskow kerap mengeluhkan dekrit Presiden Zelenskiy yang melarang negosiasi dengan Putin.

Zelenskiy menepis anggapan adanya jalan buntu dari pihaknya. “Tidak ada dan tidak akan ada jalan buntu dari pihak Ukraina. Usulan kami untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur sipil masih berlaku. Yang dibutuhkan hanyalah kesediaan nyata dari Rusia untuk terlibat dalam pembicaraan ini,” tulisnya di platform X.

Pertemuan di London

Sementara itu, pertemuan trilateral antara pejabat AS, Eropa, dan Ukraina dijadwalkan berlangsung Rabu (23/4/2025) di London. Zelenskiy menyebut bahwa agenda utama pertemuan adalah mendorong gencatan senjata tanpa syarat. Sejauh ini, belum ada pertemuan langsung antara Ukraina dan Rusia sejak fase awal perang lebih dari tiga tahun lalu.

Bulan lalu, kedua pihak sempat bertemu dengan pejabat AS dalam pembicaraan paralel di Arab Saudi dan menyepakati jeda serangan terhadap infrastruktur energi. Namun kesepakatan itu pun dengan cepat dirusak oleh tudingan pelanggaran dari kedua pihak.

Ketika ditanya mengenai kemungkinan kesepakatan baru untuk menghentikan serangan terhadap sasaran sipil, Peskov menyebut isu tersebut kompleks dan harus dibahas secara hati-hati. Ia mengutip pernyataan Putin bahwa sebuah fasilitas sipil bisa berubah menjadi sasaran militer jika digunakan oleh kombatan musuh.

Selama konflik berlangsung, Rusia telah melancarkan sejumlah serangan udara yang menyebabkan ribuan warga sipil Ukraina tewas, serta kerusakan besar pada pembangkit listrik, pelabuhan, dan infrastruktur vital lainnya.

Ukraina, dengan kemampuan baru untuk menyerang wilayah Rusia, juga telah melakukan serangan balasan yang menewaskan warga sipil, meski dalam jumlah yang lebih sedikit.

Terakhir, serangan rudal Rusia di kota Sumy menewaskan sedikitnya 35 orang. Kyiv menyebutnya sebagai serangan sengaja terhadap warga sipil. Rusia membantah dan mengklaim bahwa mereka menargetkan pertemuan militer Ukraina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional