Vatikan – Vatikan pada Senin (28/4/2025) mengumumkan bahwa para kardinal Gereja Katolik Roma akan memulai konklaf rahasia pemilihan Paus baru umat Katolik sedunia pada 7 Mei mendatang. Kepastian ini disampaikan setelah rapat tertutup para kardinal yang digelar untuk pertama kalinya sejak pemakaman Paus Fransiskus pada Sabtu lalu.
Sebanyak 135 kardinal berusia di bawah 80 tahun dari berbagai negara dijadwalkan mengikuti pemilihan ini. Mereka akan berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, yang sejak Senin sudah ditutup untuk wisatawan guna mempersiapkan ruang suci tersebut. Pemilihan kali ini diperkirakan akan berlangsung lebih lama dibandingkan konklaf sebelumnya.
“Kami tidak saling mengenal,” ujar Kardinal Anders Arborelius dari Swedia, menyinggung banyaknya kardinal baru yang diangkat Paus Fransiskus dari negara-negara yang sebelumnya tidak pernah memiliki kardinal, seperti Myanmar, Haiti, Rwanda, dan Swedia sendiri.
Pihak Vatikan menyebutkan bahwa konklaf sebenarnya bisa dimulai secepatnya pada 6 Mei. Namun, dengan memulai pada 7 Mei, kardinal-kardinal memiliki waktu lebih banyak untuk berdiskusi tentang tantangan dan kriteria pemilihan paus baru.
Dalam rapat tersebut, sekitar 190 kardinal hadir, dengan sekitar 100 di antaranya memiliki hak pilih. Sejumlah isu besar kemungkinan dibahas, antara lain skandal pelecehan seksual yang mengguncang Gereja dalam beberapa dekade terakhir. Pentingnya misi penyebaran iman Kristiani, hubungan antaragama, serta karakteristik yang dibutuhkan dari paus mendatang kemungkinan juga akan menjadi topik.
Perbedaan Visi
Paus Fransiskus, yang wafat pada usia 88 tahun pada 21 April lalu, dikenal sebagai sosok yang mendorong reformasi dalam Gereja. Pemakamannya yang dihadiri lebih dari 400.000 orang di Roma memperlihatkan betapa besar dukungan umat terhadap pendekatannya yang lebih inklusif.
Kardinal Walter Kasper dari Jerman mengungkapkan bahwa gelombang dukacita yang luas merupakan sinyal bahwa umat berharap pemimpin baru akan melanjutkan reformasi Paus Fransiskus. “Umat Allah telah bersuara dengan langkah mereka,” kata Kasper kepada harian La Repubblica.
Senada, Kardinal Gregorio Rosa Chavez dari El Salvador menyatakan optimisme bahwa paus baru akan mengusung visi dan impian serupa dengan Fransiskus.
Namun, kelompok kardinal konservatif diperkirakan akan mendorong pemilihan paus yang mengembalikan tradisi lama dan membatasi keterbukaan yang telah diperkenalkan Fransiskus.
Kardinal Gerhard Ludwig Müller dari Jerman, yang kerap berseberangan dengan Paus Fransiskus, menyatakan bahwa kekuatan Gereja terletak pada kebenaran ajaran, bukan pada kompromi. “Kekuatan Gereja terletak pada kebenaran, bukan pada kompromi,” ujarnya kepada La Stampa.