Moskow – Korea Utara dan Rusia mengumumkan dimulainya pembangunan jembatan jalan raya pertama yang menghubungkan kedua negara, menandai langkah besar dalam hubungan bilateral yang kian erat di tengah ketegangan geopolitik global.
Pembangunan jembatan sepanjang 1 kilometer di atas Sungai Tumen—yang memisahkan Korut dari Rusia dan Tiongkok—dilaporkan oleh kantor berita TASS dan KCNA pada Kamis (1/5/2025). Proyek ini diperkirakan rampung dalam waktu satu setengah tahun.
“Ini akan menjadi monumen bersejarah dalam hubungan persahabatan kami,” ujar Perdana Menteri Korea Utara Pak Thae Song dalam upacara peletakan batu pertama yang dilakukan serentak di kota perbatasan masing-masing negara melalui video konferensi.
Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin menyebut proyek ini sebagai “tonggak besar” bagi kerja sama bilateral. “Kami sedang membangun dasar yang andal untuk komunikasi yang terbuka dan saling menguntungkan,” kata Mishustin seperti dikutip kantor berita TASS.
Perluasan Jalur Perdagangan dan Pariwisata
KCNA menyebut bahwa jembatan tersebut akan memfasilitasi perjalanan lintas batas, mendorong pertukaran wisatawan, serta memperlancar peredaran barang. Saat ini, satu jembatan kereta api dan layanan penerbangan sudah menghubungkan Rusia dan Korea Utara. Namun, pembangunan jembatan jalan raya akan menjadi penghubung darat permanen pertama sejak Perang Dingin berakhir.
Meski perdagangan luar negeri Korea Utara masih didominasi oleh Tiongkok—dengan 97% transaksi pada 2023—Rusia kini tampil sebagai mitra strategis yang kian penting, terutama dalam konteks dukungan militer dan teknologi.
Sejak Februari 2024, Rusia telah mulai mengirimkan wisatawan ke Korea Utara di tengah pelonggaran pembatasan pandemi. Namun, tur kelompok asal Tiongkok—yang sebelumnya menyumbang lebih dari 90% kunjungan wisatawan asing—masih belum kembali beroperasi.
Aliansi Militer yang Meningkat
Proyek infrastruktur ini berlangsung setelah Korea Utara secara terbuka mengakui telah mengirimkan pasukan tempur untuk membantu Rusia. Dimana pasukan mereka ikut berperan dalam merebut kembali wilayah Kursk yang sebelumnya sempat dikuasai Ukraina.
Menurut intelijen Korea Selatan, sekitar 15.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke Rusia, dengan 4.700 di antaranya tewas atau terluka. Sebagai imbalannya, Moskwa memberikan rudal pertahanan udara, perangkat peperangan elektronik, drone, dan teknologi peluncuran satelit pengintai.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin lalu mengucapkan terima kasih kepada Korea Utara dan menyatakan tidak akan melupakan “pengorbanan para prajurit Korea Utara” demi Rusia.
Jalan Baru di Tengah Ketegangan Global
Pembangunan jembatan ini tidak hanya simbol konektivitas fisik, tetapi juga mencerminkan perubahan peta diplomasi global. Korea Utara, yang sebelumnya sangat bergantung pada Tiongkok, kini tampak memperluas sayap ke Rusia sebagai mitra strategis dan militer.
Proyek ini menjadi bagian dari arsitektur baru hubungan bilateral yang semakin erat, seiring meningkatnya isolasi kedua negara dari dunia internasional.