Menu

Mode Gelap
Dua Terduga Pelaku Penembakan WN Australia di Bali Ditangkap Amerika Serikat Ancam Terbitkan 36 Travel Ban Baru Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran Air India Jatuh: Lebih dari 240 Tewas, Satu Penumpang Selamat Ayah Farel Prayoga Ditangkap Polisi karena Judi Online! Penembakan di Sekolah Austria Tewaskan 10 Orang, Pelaku Bunuh Diri

Internasional

AS dan China Jadwalkan Pertemuan di Swiss, Langkah Awal Akhiri Perang Dagang?

badge-check


					AS dan China Jadwalkan Pertemuan di Swiss, Langkah Awal Akhiri Perang Dagang? Perbesar

Washington – Amerika Serikat dan China akan menggelar pertemuan penting di Swiss pada Sabtu mendatang dalam upaya awal meredakan perang dagang yang telah mengguncang ekonomi global. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan perwakilan dagang utama, Jamieson Greer, dijadwalkan bertemu dengan pejabat ekonomi tertinggi China di Jenewa, menurut keterangan resmi dari otoritas AS, Selasa (6/5/2025) waktu setempat.

Rencana pertemuan dangan AS dan China ini langsung disambut positif oleh pasar. Indeks futures S&P 500 melonjak sekitar 1 persen setelah dua hari berturut-turut mengalami tekanan akibat ketidakpastian seputar kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

Dalam pernyataan bersama, Kantor Perwakilan Dagang dan Departemen Keuangan AS mengungkapkan bahwa Bessent dan Greer akan terbang ke Jenewa pada Kamis dan juga dijadwalkan bertemu Presiden Swiss, Karin Keller-Sutter, guna membahas negosiasi perdagangan timbal balik.

“Intinya adalah de-eskalasi,” ujar Bessent. “Kita perlu menurunkan tensi sebelum bisa melangkah lebih jauh.”

Setujui Pertemuan dengan AS, China: Siap Berdialog, Tapi Waspada

Belum ada keterangan resmi siapa pejabat yang akan mewakili China, namun banyak pihak memperkirakan Wakil Perdana Menteri He Lifeng—yang dikenal luas sebagai arsitek kebijakan ekonomi Negeri Tirai Bambu—akan memimpin delegasi Beijing.

Juru bicara Kementerian Perdagangan China, dalam pernyataan tertulis, membenarkan bahwa China setuju untuk kembali menjalin komunikasi dengan AS.

“Dengan mempertimbangkan ekspektasi global, kepentingan nasional China, serta aspirasi industri dan konsumen AS, China memutuskan untuk kembali terlibat,” tulis pernyataan tersebut. Namun demikian, China juga mengingatkan agar pembicaraan tidak dimanfaatkan sebagai dalih untuk tekanan sepihak. “Ada pepatah Tiongkok: Dengarkan kata-katanya, lihat tindakannya.”

Sikap Trump dan timnya terkait negosiasi dagang sejauh ini memang cenderung fluktuatif. Dalam kesempatan berbeda di hari yang sama, Bessent menyampaikan kepada anggota Kongres bahwa saat ini pemerintahan Trump sedang bernegosiasi dengan 17 mitra dagang utama, namun belum termasuk China. Beberapa kesepakatan disebut bisa diumumkan pekan ini.

Sementara itu, Presiden Trump menyatakan akan meninjau seluruh rancangan kesepakatan dagang dalam dua pekan ke depan. Proses ini akan dilakukan bersama sejumlah pejabat tinggi, termasuk Perdana Menteri Kanada, Mark Carney. Pernyataan ini sempat menekan pasar saham AS.

Pertemuan di Swiss belum secara resmi disebut sebagai awal dari proses negosiasi formal. AS dan China masih terlibat dalam dinamika tarik-ulur soal tarif, di mana kedua pihak saling balas menaikkan bea masuk.

Jurang Defisit dan Lonjakan Impor

Kebijakan tarif Presiden Trump, yang diberlakukan sejak awal April, telah memicu gejolak besar. AS mengenakan tarif 10 persen untuk sebagian besar negara dan tarif hingga 145 persen terhadap produk asal China. Sebagai respons, China menaikkan tarif hingga 125 persen terhadap barang-barang AS.

Langkah ini justru memperlebar defisit perdagangan AS. Data terbaru Departemen Perdagangan menunjukkan defisit melonjak ke rekor tertinggi pada Maret, seiring lonjakan impor barang sebelum tarif diberlakukan.

Sektor farmasi mencatat lonjakan tertinggi karena perusahaan berupaya mempercepat impor sebelum kenaikan tarif diberlakukan. Namun demikian, defisit dagang AS dengan China justru menyempit tajam, menyusul berkurangnya volume impor akibat beban tarif tinggi.

Sejak menjabat Januari lalu, Trump telah menaikkan tarif terhadap produk China hingga 145 persen. Kebijakan ini diberlakukan sebagai hukuman atas dugaan praktik dagang tidak adil serta peran negara tersebut dalam krisis fentanyl di AS. Bessent menyebut tingkat tarif ini sebagai “tidak berkelanjutan” dan mendekati embargo perdagangan penuh antara dua ekonomi terbesar dunia.

“Saya berharap pertemuan ini dapat membuka jalan menuju sistem ekonomi global yang lebih seimbang dan berpihak pada kepentingan Amerika Serikat,” ujar Bessent dalam pernyataan resminya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Brad Lander, Calon Wali Kota New York ditangkap Petugas Imigrasi

18 Juni 2025 - 11:03 WIB

Calon wali kota New York dari Partai Demokrat, Brad Lander, ditangkap petugas imigrasi AS. Gubernur New York turun tangan.

Serangan Besar Rusia Guncang Kyiv, 15 Tewas Ratusan Terluka

18 Juni 2025 - 10:18 WIB

Serangan besar Rusia hantam Kyiv, tewaskan 15 warga termasuk WN AS, ratusan luka. Gedung apartemen hancur.

Hadapi Ancaman China, Taiwan Jalin Kerja Sama dengan Pemasok Drone Ukraina

18 Juni 2025 - 09:12 WIB

Taiwan jalin kerja sama dengan Auterion, pengembang software drone dari AS dan Jerman, untuk perkuat pertahanan dari ancaman China.

Tank Israel Tewaskan 51 Warga Gaza yang Antri Bantuan

18 Juni 2025 - 08:00 WIB

Tank Israel tembak kerumunan warga yang antri bantuan di Gaza selatan. Sedikitnya 51 orang tewas, puluhan luka-luka.

Kronologi Penembakan Politikus Demokrat, Pelaku Nyamar Jadi Polisi

17 Juni 2025 - 12:06 WIB

Penembakan politikus Partai Demokrat di Minnesota tewaskan Melissa Hortman dan suaminya, Senator John Hoffman dan istri terluka parah.
Trending di Internasional