Frankfurt – Dampak ketidakpastian kebijakan tarif Presiden Donald Trump mulai terlihat dari bergesernya arus investasi global ke Eropa. Perusahaan dan manajer dana kini menilai pasar AS tak lagi stabil, terutama karena kebijakan tarif yang berubah-ubah serta intervensi politik yang kian mendalam di era kepemimpinan Trump.
Menurut lebih dari selusin eksekutif dan pengelola investasi, Eropa kini menawarkan alternatif yang lebih menjanjikan. Dorongan belanja pemerintah untuk infrastruktur dan pertahanan menjadi daya tarik utama, di tengah bayang-bayang kebijakan Trump yang kerap sulit diprediksi.
“AS sebelumnya dikenal sebagai pasar dengan lingkungan modal yang sangat ramah dan stabil,” ujar Christoph Witzke, Kepala Kantor Chief Investment Officer (CIO) di Deka, salah satu lembaga keuangan terbesar di Jerman. “Namun kini, yang terlihat adalah intervensi politik dan upaya memperluas kekuasaan eksekutif.”
Menurut Witzke, situasi tersebut menciptakan ketidakpastian baru. “Semacam intervensi bisa saja terjadi kapan saja,” tambahnya. Ia menyebutkan bahwa dalam konferensi investor terakhir, fokus para peserta mulai beralih ke Eropa sebagai wilayah yang lebih kondusif.
Dampak Ketidakpastian Kebijakan Tarif
Rasa was-was para investor memuncak menjelang tenggat waktu 9 Juli untuk mencapai kesepakatan dagang baru antara AS dan Uni Eropa. Trump mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 50 persen pada seluruh barang impor dari Eropa jika tidak tercapai kesepakatan.
Pola kepemimpinan Trump yang kerap menggunakan ancaman tarif sebagai alat negosiasi juga kontraproduktif. Beberapa tarif diumumkan secara sepihak dan mendadak, hanya untuk kemudian dibatalkan atau diubah setelah muncul tekanan politik atau respons pasar.
“Banyak investor besar yang kini mempertimbangkan relokasi aset, bukan karena potensi pertumbuhan di AS menurun, melainkan karena meningkatnya risiko kebijakan,” ujar salah satu manajer investasi.
Meski Eropa sendiri menghadapi tantangan ekonomi, namun dianggap lebih dapat diprediksi dalam hal regulasi dan kebijakan jangka panjang. Sejumlah perusahaan multinasional pun mulai mengalihkan rantai pasok atau memperbesar investasi di sektor strategis Eropa.
Langkah ini mencerminkan perubahan besar dalam lanskap investasi global, di mana persepsi terhadap stabilitas politik dan kebijakan kini menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan investasi—bahkan lebih dari prospek pertumbuhan semata.
Data Aliran Dana Tunjukkan Pergeseran
Data dari LSEG’s Lipper Funds menunjukkan masuknya aliran dana lebih dari 100 miliar dolar AS ke dalam dana ekuitas Eropa sepanjang tahun ini—naik tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, arus keluar dari pasar AS melonjak dua kali lipat menjadi hampir 87 miliar dolar AS.
Sinyal pergeseran minat ini juga tampak pada performa pasar. Saham Amrize dari Holcim di Amerika Utara tampil mengecewakan saat debut di pasar pada akhir Juni. Sebaliknya, harga saham Holcim—yang kini fokus pada Eropa, Amerika Latin, dan Afrika Utara—melonjak 15 persen.
Perusahaan-perusahaan besar seperti Siemens Energy juga merasakan pergeseran sentimen. Menurut Chief Financial Officer Maria Ferraro, sentimen investor terhadap perusahaannya membaik, tercermin dari kenaikan harga saham sebesar 84 persen sepanjang tahun ini.
Memanfaatkan Momentum
Namun, meski menjadi tujuan investasi, sejumlah analis memperingatkan bahwa Eropa harus bergerak cepat. “Sentimen ini bisa berubah kapan saja. Ini sekaligus menjadi peringatan dan insentif untuk segera merealisasikan agenda yang direncanakan,” kata Stefan Wintels, Kepala Eksekutif KfW, lembaga keuangan milik negara Jerman.
Hajo Kroesche dari firma ekuitas Altor juga menyampaikan hal senada, yang mengingatkan bahwa “jendela peluang ini tidak akan terbuka selamanya.”
CEO Deutsche Bank, Christian Sewing, yang baru-baru ini melakukan perjalanan ke Qatar, Abu Dhabi, dan Arab Saudi, menyebutkan bahwa minat investor terhadap Eropa dan Jerman sangat tinggi. Namun, ia juga menggarisbawahi pentingnya stabilitas jangka panjang sebagai faktor penentu utama.
“Para investor ini tidak mengambil keputusan dalam dua hari. Tapi mereka sangat memahami dinamika global saat ini,” ujarnya.
Dengan tenggat kesepakatan perdagangan antara AS dan Uni Eropa jatuh pada 9 Juli mendatang—dan Trump mengancam akan mengenakan tarif 50 persen atas seluruh barang dari Eropa jika tak tercapai kesepakatan—arah aliran modal global tampaknya akan tetap menuju Eropa, setidaknya dalam waktu dekat.