Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

Presiden Baru Korea Selatan, Janji Pulihkan Ekonomi dan Demokrasi

badge-check


					Presiden terpilih Korea Selatan, Lee Jae-myung, sebelum berangkat ke Majelis Nasional untuk menghadiri upacara pelantikannya, di Incheon, Korea Selatan, pada 4 Juni 2025. Perbesar

Presiden terpilih Korea Selatan, Lee Jae-myung, sebelum berangkat ke Majelis Nasional untuk menghadiri upacara pelantikannya, di Incheon, Korea Selatan, pada 4 Juni 2025.

Seoul – Presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung, resmi dilantik pada Rabu pagi di gedung parlemen Seoul. Dalam pidato pelantikannya, Lee berjanji akan membangkitkan Korea dari keterpurukan setelah upaya kudeta militer. Selain itu, ia juga berkomitmen dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin proteksionis.

Kemenangan Lee dalam pemilu sela pada Selasa (3/6/2025) menjadi titik balik penting bagi Negeri Ginseng, setelah Presiden sebelumnya, Yoon Suk Yeol, lengser tiga tahun lebih awal akibat kecaman publik terhadap upaya darurat militer yang gagal.

“Pemerintahan Lee Jae-myung akan bersifat pragmatis dan pro-pasar,” ujarnya lantang di depan parlemen—lokasi yang enam bulan lalu ia masuki dengan melompati pagar demi menolak dekrit darurat militer.

Ia bertekad untuk mencabut berbagai regulasi demi mendorong inovasi bisnis dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Lee juga menyatakan akan membuka kembali dialog dengan Korea Utara. Namun tetap mempertahankan aliansi pertahanan yang kuat bersama Amerika Serikat.

“Menang tanpa perang lebih baik daripada menang dalam perang. Damai tanpa perlu bertempur adalah keamanan terbaik,” ujar Lee, mengutip pepatah Timur, terkait hubungan yang kerap menegang dengan Korea Utara.

Kemenangan Telak dan Tantangan Awal

Data resmi Komisi Pemilihan Nasional menunjukkan bahwa Lee meraih 49,42 persen suara dari hampir 35 juta suara sah, mengalahkan rival konservatifnya, Kim Moon-soo, yang memperoleh 41,15 persen. Tingkat partisipasi pemilih tercatat tertinggi sejak pemilu 1997.

Sesaat setelah dikukuhkan, Lee langsung menerima laporan kesiapan militer dari Panglima Angkatan Bersenjata, menandai dimulainya kepemimpinan secara penuh sebagai presiden dan panglima tertinggi.

Dalam pidatonya, Lee menyatakan akan segera menangani masalah ekonomi mendesak, termasuk lonjakan biaya hidup dan tekanan terhadap pelaku usaha kecil. Ia juga harus merespons tenggat waktu dari Gedung Putih terkait tarif impor yang memicu ketidakseimbangan neraca dagang antara Seoul dan Washington.

Prosentase perolehan suara Pemilihan Presiden Korea Selatan.

Pasar Saham Menguat, Sektor Keuangan dan Energi Terangkat

Para pelaku pasar menyambut positif kabar kemenangan Lee. Indeks KOSPI melonjak lebih dari 2 persen di pembukaan perdagangan, mencapai level tertinggi dalam 10 bulan terakhir. Saham sektor keuangan memimpin penguatan, disusul saham energi terbarukan, seiring janji Lee untuk mengarahkan Korea pada transisi energi ramah lingkungan.

“Presiden Lee tidak punya banyak waktu untuk menunda. Menyusun kesepakatan dengan Trump akan menjadi tugas awal paling krusial,” tulis pernyataan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington.

Hubungan Internasional: Antara AS, China, dan Korea Utara

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyampaikan selamat kepada Lee atas terpilihnya sebagai Presiden. Ia menegaskan bahwa hubungan kedua negara tetap kokoh, dilandasi nilai-nilai demokrasi dan kepentingan ekonomi bersama.

Gedung Putih menilai pemilu Korea Selatan berlangsung bebas dan adil. Namun, tetap menyatakan kekhawatiran terhadap campur tangan Tiongkok dalam demokrasi di seluruh dunia.

Sementara itu, Lee menunjukkan sikap lebih lunak terhadap Tiongkok dan Korea Utara. Ia menyebut China sebagai mitra dagang utama dan memilih berhati-hati dalam merespons ketegangan di Selat Taiwan. Namun, Lee tetap menegaskan bahwa aliansi dengan Amerika Serikat adalah tulang punggung diplomasi Korea Selatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional