Skotlandia – Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) sepakati tarif impor sebesar 15% pada Minggu (27/7/2025). Kesepakatan tarif impor terhadap sebagian besar barang asal Eropa itu setengah dari rencana penerapan tarif sebelumnya oleh Washington.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan langsung hal ini dalam pertemuan di lapangan golf milik Trump di barat Skotlandia. Kesepakatan ini datang setelah berbulan-bulan negosiasi yang berjalan alot dan hampir memicu perang dagang besar antara dua kekuatan ekonomi dunia.
“Saya pikir ini adalah kesepakatan terbesar yang pernah ada,” kata Trump kepada para wartawan. Ia menyoroti rencana Uni Eropa untuk menginvestasikan sekitar 600 miliar dolar AS di Amerika Serikat serta komitmen peningkatan pembelian energi dan peralatan militer dari AS.
Trump menyebut kesepakatan ini, yang melebihi nilai kesepakatan 550 miliar dolar AS dengan Jepang yang ditandatangani pekan lalu, sebagai langkah besar memperkuat hubungan lintas Atlantik.
Von der Leyen menyebut Trump sebagai negosiator tangguh dan menyatakan tarif 15 persen berlaku “secara merata.” Ia menambahkan bahwa kesepakatan ini adalah hasil terbaik yang bisa dicapai saat ini.
“Kita memiliki kesepakatan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Ini sangat penting. Ini akan membawa stabilitas dan kepastian,” ujar von der Leyen.
Tarif dan Komitmen Investasi
Kesepakatan tersebut mencerminkan struktur kesepakatan sebelumnya antara AS dan Jepang, meskipun masih menyisakan sejumlah ketidakpastian, termasuk soal tarif terhadap minuman beralkohol dan produk semikonduktor.
Trump mengatakan bahwa Uni Eropa telah sepakat untuk membeli energi dari Amerika Serikat senilai 750 miliar dolar dalam beberapa tahun mendatang. Ia juga menyatakan bahwa blok tersebut akan melakukan pembelian senjata dalam jumlah yang mencapai ratusan miliar dolar AS.
Kanselir Jerman Friedrich Merz menyambut baik kesepakatan ini, yang menurutnya telah mencegah konflik dagang yang bisa melukai industri otomotif Jerman. Sebelumnya, pabrikan seperti VW, Mercedes, dan BMW terkena dampak tarif 27,5 persen untuk impor mobil dan suku cadang dari Eropa.
Meski begitu, sebagian pihak di Eropa masih menganggap tarif dasar 15 persen terlalu tinggi dibanding harapan awal Uni Eropa untuk kesepakatan tarif nol.
Bernd Lange, Ketua Komite Perdagangan Parlemen Eropa dari Partai Sosial Demokrat Jerman, menilai kesepakatan ini timpang dan menyebut investasi besar-besaran Uni Eropa di AS mungkin akan merugikan perekonomian internal blok tersebut.
Ketentuan Khusus dan Potensi Revisi
Menurut pejabat senior pemerintahan AS, Presiden Trump masih memiliki kewenangan untuk menaikkan tarif di masa depan apabila komitmen investasi Uni Eropa tidak terpenuhi.
Sejumlah sektor dibebaskan dari tarif 15 persen, termasuk pesawat dan suku cadangnya, bahan kimia tertentu, obat generik, peralatan semikonduktor, serta beberapa produk pertanian dan bahan mentah strategis. Tarif untuk baja dan aluminium tetap sebesar 50 persen, meski ada usulan dari von der Leyen untuk menggantinya dengan sistem kuota.
Tarif nol persen akan tetap berlaku untuk pesawat komersial, dengan evaluasi bersama akan dilakukan kemudian. Diskusi terkait minuman beralkohol masih berlangsung dan belum mencapai kesepakatan.
Dampak Ekonomi dan Politik
Kesepakatan ini menjadi dorongan besar bagi Trump yang tengah berupaya mengubah struktur perdagangan global serta mengurangi defisit perdagangan AS yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Pada 2024, defisit perdagangan barang AS dengan Uni Eropa mencapai 235 miliar dolar AS, sementara surplus AS dalam sektor jasa disebut Eropa sebagai penyeimbang neraca.
Trump, yang beberapa pekan lalu mengancam memberlakukan tarif 30 persen terhadap barang-barang asal Uni Eropa mulai 1 Agustus, mengklaim bahwa kebijakan tarifnya membawa pemasukan “ratusan miliar dolar” bagi AS meski banyak ekonom memperingatkan risiko inflasi.
Uni Eropa sendiri telah menyiapkan daftar balasan berupa tarif terhadap 93 miliar euro barang asal AS jika ancaman Trump direalisasikan.
Reaksi Pasar
Sebagai respon awal, nilai tukar euro naik sekitar 0,2 persen terhadap dolar AS, poundsterling, dan yen hanya dalam satu jam setelah pengumuman kesepakatan ini.
Carsten Nickel, Deputi Direktur Riset di Teneo, mengingatkan bahwa kesepakatan ini lebih bersifat politik ketimbang perjanjian dagang yang dirumuskan secara rinci. “Hal ini menimbulkan risiko perbedaan interpretasi seperti yang terlihat pada kesepakatan AS-Jepang,” ujarnya.
